Dalam menghadapi politik ini, saya setuju dengan pendapat Ustad AA Gymnastiar. Kewajiban kita ada memperjuangkan keyakinan atas pilihan kita dengan niat yang ikhlas untuk agama bangsa dan negara. Jangan sampai gara-gara politik kita mengotori hati dan ucapan dengan sesuatu yang tidak mencerminkan kita sebagai seorang muslim. Sebenarnya siapapun capres yang menang, itu sudah ketentuan Allah SWT, bagi kita yang kemenangan itu adalah yang hatinya paling lurus dalam berpolitik. Bagaimanapun kita melakukan tipu daya dan kebohongan, Allah Maha tahu. Buat apa kita menang kalau kita saling mencela, saling membenci, dan saling bermusuhan. Kasihan generasi anak cucu kita nantinya, kalau kita mewariskan akhlak yang buruk kepada mereka.
Namun belau juga berpesan bahwa alumni 212 jangan selalu dikait-kaitkan dengan radikalisme, tidak ada yang namanya mau merubah dasar negara. Para Ulama juga berjiwa nasonalisme dan mencintai negara ini. Mereka sangat menginginkan kedamaian untuk negeri tercinta ini sebagaimana kita semua. Demikian sedikit kutipan dari nasehat Ustad A.A. gym. Semoga saya tidak salah memahaminya.
Soal Model Pembelajaran
Kalau menurut saya pribadi, memang di Negeri ini mungkin ada sebagian golongan yang takut kalau para ulama berpolitik, walaupun tidak merubah dasar Negara. Karena kalau uluma/atau yang mencintai ulama banyak menjabat dibidang pemerintahan. Tentu kebijakannya akan bernuansa islami yang pasti akan mengekang kesenangan hawa nafsu mereka. Contoh sederhana, tentu izin dangdutan yang tidak senonoh akan sulit, izin tempat-tempat hiburan dan perjudian akan sulit. Dan sebaliknya segala kegiatan ke agamaan akan marak, peraturan pakaian akan berlaku. Dan tentu akan sangat bertentangan dengan hawa nafsu.
Tapi jangan salah, seperti di Aceh walaupun berlaku Perda Syariah namun kerukunan antar umat beragama dan toleransi sangat bagus, aman dan tentram.
Serba-serbi,
Tidak ada komentar